Pages

Friday, June 1, 2012

Mengawasi pintu Supaya Tidak Ada Pencuri

Humor Sufi : Suatu hari Nasrudin kecil ditinggal ibunya untuk pergi ke rumah Ibu RT. Sebelum pergi ibunya berkata kepada Nasrudin, “Nasrudin, kalau kamu sedang sendirian di rumah, kamu harus selalu mengawasi pintu rumah dengan penuh kewaspadaan. Jangan biarkan seorang pun yang tidak kamu kenal masuk ke dalam rumah karena bisa saja mereka itu ternyata pencuri!” Nasrudin memutuskan untuk duduk di samping pintu. Satu jam kemudian pamannya datang. “Mana ibumu?” tanya pamannya. “Oh, Ibu sedang pergi ke pasar,” jawab Nasrudin. “Keluargaku akan datang ke sini sore ini. Pergi dan katakan kepada Ibumu jangan pergi ke mana-mana sore ini!” kata pamannya. Begitu pamannya pergi Nasrudin mulai berpikir, “Ibu menyuruh aku untuk mengawasi pintu. Sedangkan Paman menyuruhku pergi untuk mencari Ibu dan bilang kepada Ibu kalau keluarga Paman akan datang sore ini.” Setelah bingung memikirkan jalan keluarnya, Nasrudin akhirnya membuat satu keputusan. Dia melepaskan pintu dari engselnya, menggotongnya sambil pergi mencari ibunya.

Pengantin Baru Masuk Syurga

Alkisah Sufi : Pada suatu hari laki-laki bernama Julaibiib menghadap Rasulallah Saw. Julaibiib adalah orang yang sangat melarat. Dia bertanya: “Ya Rasulallah! Jika aku mati dalam keadaanku yang beriman ini apakah Allah SWT akan memasukkan aku ke dalam surga dan mengawainkan aku dengan bidadari? “Ya tentu, insya Allah!”jawab Rasulallah Saw. “Mengapa sahabat-sahabat Tuan setiap yang aku lamar puterinya, semua menolak dan tidak menikahkan puterinya denganku?” tanya Julaibiib lagi. “Pergilah kamu ke rumah keluarga fulan dan katakanlah kepadanya bahwa Rasulallah Saw memerintahkan kepada Anda agar menikahkan puterinya kepadaku,”jawab Rasulallah. Keluarga itu pun akhirnya sepakat untuk menikahkan Julaibiib dengan putri mereka. Akan tetapi sebelum Julaibiib sempat masuk ke kamar pengantin, dia mendengar panggilan masuk berjihad. Maka dia pun lari dan bergabung dengan pasukan perang. Ketika perang telah usai, Rasulallah Saw bertanya kepada para sahabat: “Siapa diantara kawan-kawan kalian yang sekarang tidak tampak dan mugkin menjadi syahid?” Para sahabat pun menyebutkan beberapa nama, tetapi tidak menyebut nama Julaibiib karena dia belum banyak dikenal. Lalu Rasulallah Saw bersabda: “Apakah aku justru kehilangan Julaibiib, marilah kita bersama mencarinya!” Akhirnya, Rasulallah Saw menemukan jasad Julaibiib tergeletak mati sebagai syahid di tengah tujuh mayat orang kafir yang baru dilawannya. Lalu Rasulallah Saw pun duduk di samping jasad Julaibiib dan mengangkat kepalanya ke pangkuan beliau sambil menangis. Tetapi sesaat kemudian beliau tersenyum dan memalingkan wajahnya. Maka para sahabat pun bertanya: “Sungguh aneh sekali keadaan Tuan, ya Rasulallah! Tuan menangis lalu tersenyum dan memalingkan wajah Tuan?” Rasulallah bersabda: “Ya, aku menangis karena perpisahan dengan saudaraku ini, dan aku tersenyum ketika Allah memperlihatkan kepadaku tempatnya di surga. Aku palingkan wajahku ketika aku melihat istrinya, seorang bidadari dari suraga, aku turun ke bumi lalu masuk di antara kulit dan bajunya, kemudian mengakatnya ke surga di haribaan-Nya, di alam kelanggengan.” (HB)

Kisah Wali Allah Yang Sholat Diatas Air

Sebuah kapal yang sarat dengan muatan dan bersama 200 orang temasuk ahli perniagaan berlepas dari sebuah pelabuhan di Mesir. Apabila kapal itu berada di tengah lautan maka datanglah ribut petir dengan ombak yang kuat membuat kapal itu terumbang-ambing dan hampir tenggelam. Berbagai usaha dibuat untuk mengelakkan kapal itu dipukul ombak ribut, namun semua usaha mereka sia-sia sahaja. Kesemua orang yang berada di atas kapal itu sangat cemas dan menunggu apa yang akan terjadi pada kapal dan diri mereka. Ketika semua orang berada dalam keadaan cemas, terdapat seorang lelaki yang sedikitpun tidak merasa cemas. Dia kelihatan tenang sambil berzikir kepada Allah S.W.T. Kemudian lelaki itu turun dari kapal yang sedang terunbang-ambing dan berjalanlah dia di atas air dan mengerjakan solat di atas air. Beberapa orang peniaga yang bersama-sama dia dalam kapal itu melihat lelaki yang berjalan di atas air dan dia berkata, "Wahai wali Allah, tolonglah kami. Janganlah tinggalkan kami!" Lelaki itu tidak memandang ke arah orang yang memanggilnya. Para peniaga itu memanggil lagi, "Wahai wali Allah, tolonglah kami. Jangan tinggalkan kami!" Kemudian lelaki itu menoleh ke arah orang yang memanggilnya dengan berkata, "Apa hal?" Seolah-olah lelaki itu tidak mengetahui apa-apa. Peniaga itu berkata, "Wahai wali Allah, tidakkah kamu hendak mengambil berat tentang kapal yang hampir tenggelam ini?" Wali itu berkata, "Dekatkan dirimu kepada Allah." Para penumpang itu berkata, "Apa yang mesti kami buat?" Wali Allah itu berkata, "Tinggalkan semua hartamu, jiwamu akan selamat." Kesemua mereka sanggup meninggalkan harta mereka. Asalkan jiwa mereka selamat. Kemudian mereka berkata, "Wahai wali Allah, kami akan membuang semua harta kami asalkan jiwa kami semua selamat." Wali Allah itu berkata lagi, "Turunlah kamu semua ke atas air dengan membaca Bismillah." Dengan membaca Bismillah, maka turunlah seorang demi seorang ke atas air dan berjalan meng hampiri wali Allah yang sedang duduk di atas air sambil berzikir. Tidak berapa lama kemudian, kapal yang mengandungi muatan beratus ribu ringgit itu pun tenggelam ke dasar laut. Habislah kesemua barang-barang perniagaan yang mahal-mahal terbenam ke laut. Para penumpang tidak tahu apa yang hendak dibuat, mereka berdiri di atas air sambil melihat kapal yang tenggelam itu. Salah seorang daripada peniaga itu berkata lagi, "Siapakah kamu wahai wali Allah?" Wali Allah itu berkata, "Saya adalah Awais Al-Qarni." Peniaga itu berkata lagi, "Wahai wali Allah, sesungguhnya di dalam kapal yang tenggelam itu terdapat harta fakir-miskin Madinah yang dihantar oleh seorang jutawan Mesir." WaliAllah berkata, "Sekiranya Allah kembalikan semua harta kamu, adakah kamu betul-betul akan membahagikannya kepada orang-orang miskin di Madinah?" Peniaga itu berkata, "Betul, saya tidak akan menipu, ya wali Allah." Setelah wali itu mendengar pengakuan dari peniaga itu, maka dia pun mengerjakan solat dua rakaat di atas air, kemudian dia memohon kepada Allah S.W.T agar kapal itu ditimbulkan semula bersama-sama hartanya. Tidak berapa lama kemudian, kapal itu timbul sedikit demi sedikit sehingga terapung di atas air. Kesemua barang perniagaan dan lain-lain tetap seperti asal. Tiada yang kurang. Setelah itu dinaikkan kesemua penumpang ke atas kapal itu dan meneruskan pelayaran ke tempat yang dituju. Apabila sampai di Madinah, peniaga yang berjanji dengan wali Allah itu terus menunaikan janjinya dengan membahagi-bahagikan harta kepada semua fakir miskin di Madinah sehingga tiada seorang pun yang tertinggal. Wallahu a�alam.

Sepotong Roti Penebus dosa

Abu Burdah bin Musa Al-Asy�ari meriwayatkan, bahwa ketika menjelang wafatnya Abu Musa pernah berkata kepada puteranya: "Wahai anakku, ingatlah kamu akan cerita tentang seseorang yang mempunyai sepotong roti." Dahulu kala di sebuah tempat ibadah ada seorang lelaki yang sangat tekun beribadah kepada Allah. Ibadah yang dilakukannya itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun. Tempat ibadahnya tidak pernah ditinggalkannya, kecuali pada hari-hari yang telah dia tentukan. Akan tetapi pada suatu hari, dia digoda oleh seorang wanita sehingga diapun tergoda dalam bujuk rayunya dan bergelimang di dalam dosa selama tujuh hari sebagaimana perkara yang dilakukan oleh pasangan suami-isteri. Setelah ia sadar, maka ia lalu bertaubat, sedangkan tempat ibadahnya itu ditinggalkannya, kemudian ia melangkahkan kakinya pergi mengembara sambil disertai dengan mengerjakan solat dan bersujud. Akhirnya dalam pengembaraannya itu ia sampai ke sebuah pondok yang di dalamnya sudah terdapat dua belas orang fakir miskin, sedangkan lelaki itu juga bermaksud untuk menumpang bermalam di sana, karena sudah sangat letih dari sebuah perjalanan yang sangat jauh, sehingga akhirnya dia tertidur bersama dengan lelaki fakir miskin dalam pondok itu. Rupanya di samping kedai tersebut hidup seorang pendita yang ada setiap malamnya selalu mengirimkan beberapa buku roti kepada fakir miskin yang menginap di pondok itu dengan masing-masingnya mendapat sebuku roti. Pada waktu yang lain, datang pula orang lain yang membagi-bagikan roti kepada setiap fakir miskin yang berada di pondok tersebut, begitu juga dengan lelaki yang sedang bertaubat kepada Allah itu juga mendapat bahagian, karena disangka sebagai orang miskin. Rupanya salah seorang di antara orang miskin itu ada yang tidak mendapat bahagian dari orang yang membahagikan roti tersebut, sehingga kepada orang yang membahagikan roti itu ia berkata: "Mengapa kamu tidak memberikan roti itu kepadaku." Orang yang membagikan roti itu menjawab: "Kamu dapat melihat sendiri, roti yang aku bagikan semuanya telah habis, dan aku tidak membagikan kepada mereka lebih dari satu buku roti." Mendengar ungkapan dari orang yang membagikan roti tersebut, maka lelaki yang sedang bertaubat itu lalu mengambil roti yang telah diberikan kepadanya dan memberikannya kepada orang yang tidak mendapat bahagian tadi. Sedangkan keesokan harinya, orang yang bertaubat itu meninggal dunia. Di hadapan Allah, maka ditimbanglah amal ibadah yang pernah dilakukan oleh orang yang bertaubat itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun dengan dosa yang dilakukannya selama tujuh malam. Ternyata hasil dari timbangan tersebut, amal ibadat yang dilakukan selama tujuh puluh tahun itu dikalahkan oleh kemaksiatan yang dilakukannya selama tujuh malam. Akan tetapi ketika dosa yang dilakukannya selama tujuh malam itu ditimbang dengan sebuku roti yang pernah diberikannya kepada fakir miskin yang sangat memerlukannya, ternyata amal sebuku roti tersebut dapat mengalahkan perbuatan dosanya selama tujuh malam itu. Kepada anaknya Abu Musa berkata: "Wahai anakku, ingatlah olehmu akan orang yang memiliki sebuku roti itu!"

kisah wanita pemilik gentong

Sesungguhnya memperhatikan keadaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sifat-sifat beliau dan prilakunya, membuahkan hasil yang sangat banyak. Seseorang akan lebih memahami akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia, mengambil ibrah (pelajaran) darinya dan meneladaninya. Demikian juga mengetahui cara bersikap, berinteraksi dan berdakwah kepada manusia. Berikut ini kisah tentang wanita musyrik yang masuk islam bersama kaumnya karena mu’jizat yang dia lihat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam serta sikap beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dan para Sahabat yang bijak kepadanya dan kaumnya. Kisahnya adalah sebagai berikut: Dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,”Kami berada dalam perjalanan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kami telah berjalan semalaman, sampai pada akhir malan (menjelang subuh-red). Dalam perjalanan, kami mengalami kejadian yang sangat menyenangkan bagi musafir (yaitu, mengalami tidut yang sangat pulas karena kelelahan,red). Tidak ada yang membangunkan kami kecuali terik panas matahari. Orang yang bangun pertama kali adalah Fulan (Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu-red), kemudian Fulan, kemudian Fulan, dan orang yang bangun keempat adalah ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah jika beliau tidur, tidak dibangunkan, sehingga beliau sendiri yang bangun. Karena kami tidak tahu apa yang terjadi pada beliau di dalam tidurnya (yakni, kemungkinan beliau mendapatkan wahyu-red). Ketika ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu telah bangun dan melihat kejadian yang di alami para Sahabat (yakni terbangun kesiangan dan belum shalat Subuh-red), maka dia bertakbir dan mengeraskan suaranya. Dia terus bertakbir dan mengeraskan suaranya hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terbangun. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bangun, mereka mengadukan kepada beliau kejadian yang telah menimpa mereka. Beliau bersabda,”Tidak membahayakan (yakni tidak masalah-red), berangkatlah!”. Kemudian beliau berangkat. Belum lama berjalan, kemudian beliau singgah. Beliau meminta air wudhu, lalu berwudhu. Kemudian dikumandangkan adzan shalat (subuh) dan beliau shalat mengimami mereka. Setelah selesai shalat, beliau melihat seorang laki-laki menyendiri dan tidak shalat bersama orang-orang. Beliau bertanya,”Hai Fulan, apa yang menghalangimu shalat bersama orang banyak?” Dia menjawab,”Aku sedang junub dan tidak ada air.” Beliau bersabda,”Tayammumlah dengan debu (permukaan bumi), itu cukup bagimu.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berangkat. Di tengah perjalanan, orang-orang mengadu kehausan kepada beliau. Dan beliau pun singgah, lalu memanggil seseorang dan Ali radhiyallahu ‘anhu. Beliau bersabda,”Pergilah kalian berdua, carilah air!” Mereka pun berangkat. Kemudian mereka bertemu dengan seorang wanita di atas ontanya diantara dua gentong air yang besar (yang terbuat dari kulit). Mereka bertanya kepada wanita itu,”Dimanakah air?” Dia menjawab,”Terakhir saya melihat air kemarin, seperti jam saat ini” (dalam riwayat Imam Muslim, wanita itu ditanya,”Berapa jarak keluargamu dan air itu? Dia menjawab,”Perjalanan sehari semalam-red)”. Keduanya berkata kepada wanita itu,”Kalau begitu berangkatlah!” Dia menjawab,”Kemana?” Keduanya berkata,”Menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Wanita itu bertanya,”Orang yang dianggap (oleh suku Quraisy) murtad itu?”. Keduanya menjawab,”Dialah yang engkau maksudnya, berangkatlah!” Keduanya membawanya menuju Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan menyampaikan berita kepada beliau. Maka para Sahabat meminta wanita itu agar turun dari ontanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meminta wadah air, beliau menuangkan air itu di dalamnya dari mulut-mulut kedua gentong itu. Beliau mengikat mukut-mulut kedua gentong itu dan membuka penutupnya. Kemudian di umumkan kepada orang-orang, “Silahkan memberi minum dan silahkan minum.” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memberi minum orang yang beliau kehendaki dan mengambilkan air untuk orang yang beliau kehendaki. Yang terakhir, beliau memberi satu wadah air kepada laki-laki yang mengalami junub, beliau bersabda,”Pergilah, lalu guyurkan air ini pada badanmu.” Wanita tersebut berdiri melihat apa yang diperbuat terhadap airnya. Demi Allah azza wa jalla, setelah selesai air itu di ambil dari gentong tersebut, benar-benar tampak kepada kami bahwa gentong itu lebih penuh isinya daripada ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memulai mengambil airnya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Kumpulkan (barang) untuk wanita ini!” Maka para Sahabat mengumpulkan buah korma, tepung gandum, dan jenang/dodol. Mereka mengumpulkan makanan untuk wanita itu dan menaruhnya di dalam kain. Mereka menaikkan di atas ontanya dan meletakkan kain itu di depan wanita itu. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada wanita itu,”Engkau mengetahui, kami tidak mengurangi airmu sedikitpun, tetapi Allah lah yang memberi air kepada kami.” Lalu wanita itu mendatangi keluarganya, dan dia terlambat datang kepada mereka. Mereka bertanya,”Hai Fulanan, apa yang menyebabkanmu terlambat?” Dia menjawab,”Sesuatu yang mengagumkan. Dua orang laki-laki menemuiku, lalu membawaku kepada orang yang dianggap murtad. Lalu orang itu melakukan begini dan begitu. Demi Allah, dia itu orang yang paling ahli di antara manusia di langit dan di bumi dalam ilmu sihir –wanita itu mengisyaratkan dengan dua jarinya, jari tengah dan telunjuk, lalu dia menaikkan kedua jarinya ke arah langit- atau dia itu benar-benar utusan Allah azza wa jalla yang sebenarnya.” Setelah itu kaum Muslimin menyerang orang-orang musyrik di sekitar (kampung) wanita itu, dan mereka tidak menyerang kampung wanita itu. Suatu hari wanita itu berkata kepada kaumnya,”Aku berpendapat bahwa kaum (Muslimin) itu sengaja mengajak kamu (menuju Islam, sehingga tidak menyerang kamu-red), tidaklah kamu masuk agama Islam?”. Maka mereka mentaati wanita itu, mereka masuk Islam. [HR.Bukhari no.344, semakna dengan ini pada no.3571 dan Muslim no.682] Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata,”Hadits ‘Imran bin Hushain tentang wanita pemilik dua kantong air dan mu’jizat yang ada padanya adalah air sedikit menjadi banyak dengan sebab berkah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” [Fathul Baari syarah hadits no.3571] Kisah ini juga memuat berbagai pelajaran bagi orang-orang yang mau memperhatikan. Al-hamdulillaahi rabbil ‘Alamiin. [Majalah as Sunnah Edisi 06-07/Thn XIII/Ramadhan-Syawal 1430H/Sept-Okt 2009M Hal.85]

Tangisan Sebatang Pohon Kurma

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu ketika Hari Jum’at, beliau berdiri (berkhutbah) di samping sebuah batang pohon atau pohon kurma. Lalu ada seorang wanita, atau laki-laki, dari Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, maukah kami buatkan mimbar untuk Anda?’ Beliau menjawab, ‘(Silahkan) jika kalian berkehendak.’ Lalu para shahabat pun membuatkan sebuah mimbar untuk beliau. Tatkala pada Hari Jum’at, beliau diminta untuk berdiri di mimbar, maka pohon kurma tersebut menjerit layaknya bayi yang menjerit. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam turun dari mamba dan memeluknya. Lantas pohon kurma itu merintih seperti rintihan bayi yang ditenangkan. Beliau bersabda,’Pohon ini menangis karena mendengar nasihat yang biasa disampaikan disampingnya. Didalam riwayat lain darinya pula disebutkan, “Dahulu masjid Nabawi diatapi dengan bertiangkan batang pohon kurma. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berkhutbah, beliau berdiri pada salah satunya. Tatkala beliau dibuatkan mimbar dan beliau berkhutbah padanya, kami mendengar batang pohon kurma tersebut mengeluarkan suara seperti suara unta hamil. Hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatanginya dan meletakkan tangan beliau padanya, maka ia pun diam. [1] Dan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, “Pada awalnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah disamping sebatang pohon kurma. Tatkala dibuatkan mimbar, beliau berdiri padanya maka batang pohon kurma tersebut merintih. Lalu beliau mendatanginya dan mengusapkan tangan beliau padanya.” [2]
Foot Note: [1] HR.Bukhari, kitab Ahadits al-Anbiya, Bab Alamat an-Nubuwwah fi al-Islam, 4/168 [2] Ibid Sumber: Kumpulan Mukjizat & Sabda Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam Terbukti Kebenarannya Dalam Sejarah, Syaikh Khairuddin Wanili, Murajaah-Takhrij-Taqliq: Tim Maktabah as Sawadi Jeddah, Hal.180-181, Penerbit Darul Haq. Artikel: www.kisahislam.net

Awan Menaungi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Pohon Serta Batu pun Bersujud Kepada Beliau

Daru Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Abu Thalib pergi ke Syam (untuk berdagang), dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ikut bersama beberapa pemuka Quraisy. Tatkala mereka sampai di tempat Rahib, mereka singgah dan meletakkan perbekalan mereka. Kemudian Rahib itu keluar menemui mereka, padahal sebelumnya, ketika mereka lewat di situ, dia tidak pernah keluar menemui mereka. ” (Perawi) berkata, “Kemudian sang rahib berjalan di sela-sela mereka hingga sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu memegang tangan beliau sembari berkata, ‘Inilah penghulu alam semesta, inilah utusan Rabb alam se­mesta, dia diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi alam semesta ini.’ Para pemuka kaum Quraisy bertanya kepadanya, ‘Apa yang Anda ketahui tentang hal ini?’ Dia menjawab, ‘Sesung­guhnya ketika kalian muncul dan naik dari bebukitan, tidak satu pun dari bebatuan ataupun pepohonan melainkan ber­sujud kepadanya, dan keduanya tidak akan bersujud kecuali kepada seorang Nabi. Sesungguhnya aku dapat mengetahui­nya melalui tanda kenabian yang terletak pada bagian bawah tulang rawan pundaknya yang bentuknya seperti apel.’ Kemudian sang Rahib kembali dan membuatkan makanan untuk mereka. Tatkala sang Rahib datang kepada mereka dengan membawa makanan tersebut, yang pada saat itu Nabi ber­ada bersama para penjaga unto, si Rahib berkata, ‘Kirimlah orang untuk memanggilnya.’ Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dan di atas beliau ada awan yang menaungi beliau. Tatkala beliau mendekat kepada kerumunan orang, beliau mendapatkan mereka telah lebih dahulu mengambil tempat yang ternaungi oleh pohon di sana, tetapi ketika beliau duduk, naungan pohon itu beralih kepada beliau. Maka si Rahib berkata, naungan pohon ini pindah kepadanya.’ Lalu Rahib itu berkata, ‘Aku bertanya kepada kalian dengan Nama Allah, siapa di antara kalian yang menjadi walinya?’ Mereka berkata Abu Thalib.’ Dan si Rahib terus bertanya dengan Nama Allah, hingga Abu Thalib menjawabnya…. Si Rahib itu kemudian membekali beliau dengan roti dan minyak.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, kitab al-Manaqib, Bab Ma Ja Ja’a fi Bad’I Nubuwwati an-Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, no.3624, dan at-Tirmidzi berkata, “Ini adalah hadits hasan gharib.” Dan al Albani berkata dalam Takhrij al-Misykat, 3/187, “Hadits shahih, para perawinya adalah orang-orang tsiqah.”) Sumber: Kumpulan Mukjizat & Sabda Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam Terbukti Kebenarannya Dalam Sejarah, Syaikh Khairuddin Wanili, Murajaah-Takhrij-Taqliq: Tim Maktabah as Sawadi Jeddah, Hal.182-183, Penerbit Darul Haq. Artikel: www.kisahislam.net

mengenal-sosok-ibunda-imam-ahmad-rahimahullah

Inilah kisah ketauladanan ibunda Imam Ahmad yang telah ditinggal mati sang ayah sejak Imam Ahmad masih kecil. Jadi, ibundanyalah yang mendidik Imam Ahmad. Imam Ahmad bercerita, “Ibundakulah yang telah menuntun diriku hinggal aku hafal al Qur’an ketika masih berusia sepuluh tahun. Dia selalu membangunkan aku jauh lebih awal sebelum waktu shalat subuh tiba, memanaskan air untukku karena cuaca di Baghdad sangat dingin, lalu memakaikan baju dan kami pun menunaikan shalat semampu kami.” Usai menunaikan shalat malam, sang ibu pergi ke masjid dengan mengenakan cadar untuk menunaikan shalat shubuh bersama Imam Ahmad semenjak beliau masih berumur sepuluh tahun. Sejak pagi hingga tengah hari, Imam Ahmad terus diajari ilmu pengetahuan oleh sang ibundanya. Imam Ahmad juga menuturkan, “Anakku, pergilah untuk menuntut ilmu Hadis karena hal itu adalah salah satu bentuk hijrah di jalan Allah!” Sang ibu mengemas seluruh keperluan sang anak dalam perjalanan, kemudian berkata, “Sesungguhnya Allah jika dititipi sesuatu, Dia akan selalu menjaga titipan tersebut. Jadi, aku titipkan dirimu kepada Allah yang tidak akan membiarkan titipannya terlantar begitu saja.’ Sejak itulah, Imam Ahmad pergi dari sisi sang ibunda tercinta menuju kota Madinah, Makkah dan Shan’a’. Akhirnya, beliau kembali dengan menyandang gelar Sang Imam. Imam Ahmad juga telah memberikan berbagai pengetahuan yang diperlukan umat Islam. Merekalah yang layak disebut suri tauladan-suri tauladan dari generasi terdahulu, bukan para penari dan artis-artis kenamaan sekarang. Alangkah baiknya Anda dapat mencontoh dan meniti jalan kehidupan seperti mereka! Semoga Allah berkenan menjadikan kita sebagai salah seorang yang dikumpulkan dengan suri tauladan-suri tauladan tersebut di Surga dan telaga-telaganya sebagai tempat kembali di sisi Dzat Raja Diraja lagi Maha Perkasa. [Rasaail Ila Mu'minah, Muhammad bin Riyadh Ahmad] Semoga Allah mencurahkan kasih sayang kepada sang penyair yang melantunkan bait-bait berikut, Seandainya kaum wanita sekarang seperti mereka Pasti mereka lebih unggul dari pada kaum pria Silahkan Anda pikir bersama! Matahari dianggap jenis wanita Bukan berarti hal yang nista Bulan dianggap jenis pria Bukan berarti hal yang mulia Sumber: Buku “Mekarlah Indah Wahai Bunga-Bunga Sejarah”, Dr.Hassan Washfi Syamsi, Penerbit Sukses Publishing Artikel: Www.KisahIslam.Net

sejarah & asal usul hajar aswat

Hajar Aswad adalah batu berwarna hitam kemerah-merahan, terletak di sudut selatan, sebelah kiri pintu Ka’bah. Ketinggiannya 1,10 m dari permukaan tanah. Ia tertanam di dinding Ka’bah. Dahulu, Hajar Aswad berupa satu batu yang berdiameter ± 30 cm. Akibat berbagai peristiwa yang menimpanya selama ini, sekarang Hajar Aswad tersisa delapan butir batu kecil sebesar kurma yang dikelilingi oleh bingkai perak. Namun, tidak semua yang terdapat di dalam bingkai adalah Hajar Aswad. Butiran Hajar Aswad tepat berada di tengah bingkai. Butiran inilah yang disentuh dan dicium oleh jamaah haji. Hajar Aswad berasal dari surga. Awalnya batu ini berwarna putih. Namun, dia menjadi hitam disebabkan oleh dosa manusia. Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Hajar Aswad turun dari surga dalam keadaan lebih putih daripada susu. Lalu, dosa-dosa Bani Adam lah yang membuatnya hitam.” Demikianlah, bagian dalam Hajar Aswad berwarna putih, sedangkan bagian luarnya berwarna hitam. Hajar Aswad selalu dimuliakan, baik pada masa Jahiliah, maupun setelah Islam datang. Hingga, pada musim haji tahun 317 H, saat dunia Islam sangat lemah dan bercerai berai, kesempatan ini dimanfaatkan oleh Abu Thahir Al-Qurmuthi, seorang kepala salah satu suku Syi’ah Ismailiyah di Jazirah Arab bagian timur, untuk merampas Hajar Aswad. Dengan 700 anak buah bersenjata lengkap dia mendobrak Masjid Al-Haram dan membongkar Ka’bah secara paksa lalu merebut Hajar Aswad dan mengangkutnya ke negaranya yang terletak di kota Ahsa’ yang terletak di wilayah Bahrain, kawasan Teluk Persia sekarang. Kemudian, ia membuat maklumat dengan menantang umat Islam. Inti dari maklumat itu, jika ingin mengambil Hajar Aswad, tebuslah dengan sejumlah uang yang pada saat itu sangat berat bagi umat Islam atau dengan perang. Baru setelah 22 tahun (tahun 339 H) batu itu dikembalikan ke Mekah oleh Khalifah Abbasiyah Al-Muthi’ lillah setelah ditebus dengan uang sebanyak 30.000 Dinar. Mereka membawanya ke Kufah, lalu menggantungkannya ke tiang ke tujuh Masjid Jami’. Setelah itu, mereka mengembalikannya ke tempat semula. Penulis: Ristyandani Referensi: Athlasul Hajj wal ‘Umrah, Dr. Sami Maghluts dan sumber lain.

pertaubatan pemuda yang durhaka kepada ibunya

Ayahku meninggal saat aku masih kecil, lalu ibulah yang merawatku. Ia bekerja sebagai pembantu di rumah-rumah hingga dapat membiayaiku. Aku adalah anak tunggalnya. Ia memasukkan aku ke sekolah, dan aku belajar hingga menyelesaikan studi di universitas. Saat itu aku berbakti kepadanya. la datang untuk mengirimku ke luar negeri, dan ia melepaskan kepergianku dengan air mata sembari berkata kepadaku, “Ingatlah, wahai putraku, terhadap dirimu dan jangan memutus beritamu dariku. Berkirimlah surat kepadaku hingga aku merasa tentram dengan kesehatanmu.” Aku menyelesaikan studiku setelah menempuh waktu yang panjang dan aku kembali ke tanah air sebagai pribadi lain yang telah terpengaruh dengan peradaban Barat. Aku melihat keterbelakangan dalam agama, dan aku menjadi tidak beriman kecuali dengan kehidupan materi – kita berlindung kepada Allah-. Aku mendapatkan pekerjaan yang berkelas, dan aku mulai mencari istri hingga aku memperolehnya. Sebenarnya ibu telah memilihkan untukku searing gadis yang taat beragama lagi memelihara diri, tapi aku hanya mau menikah dengan wanita kaya lagi cantik itu karena aku mengimpikan kehidupan aristokrat. Sekitar enam bulan sejak perkawinanku, istriku mernperdaya ibuku hingga aku mernbenci ibuku. Suatu hari, aku masuk rumah, dan ternyata istriku menangis, lalu aku bertanya kepadanya tentang sebabnya, maka ia menjawab, “Cukup sampai di sini aku dan ibumu berada di rumah ini. Aku tidak bisa bersabar terhadapnya lebih diri itu.” Aku pun gelap mata, dan aku mengusir ibuku dark rumah pada saat marah. Ibu pun pergi dalam keadaan menangis sambil berkata, “Semoga Allah membahagiakanmu, wahai putraku.” Lihatlah betapa besar dan belas kasihnya hati ibu. Kendatipun anak tunggalnya telah mengusirnya diri rumah secara zhalim dan melampaui batas, namun sang ibu tetap mendoakannya dengan kebahagiaan dalam hidup ini. Penutur kisah melanjutkan, beberapa jam setelah itu, aku keluar untuk mencarinya, tapi tidak ada gunanya. Aku pun kembali ke rumah, cdn istriku, dengan makarnya dan kebodohanku, mampu melupakanku dari ibu yang berharga lagi utama itu. Berita ibuku terputus dariku dalam satu masa. Dalam masa itu aku tertimpa penyakit yang menjijikan. Setelah itu, aku masuk rumah sakit, dan ibuku mengetahui berita itu lalu datang menjengukku. Saat itu istriku di sisiku. Sebelum menjengukku, ia diusir oleh istriku, dan mengatakan kepadanya, “Putramu tidak ada di sini. Apa yang engkau inginkan dari kami. Pergilah dari kami.” Ibu pun pergi dari tempat kedatangannya. Aku keluar dari rumah sakit setelah waktu lama yang menyebabkan kondisi kejiwaanku berkurang. Aku kehilangan pekerjaan dan rumah serta utangku bertumpuk. Semua itu disebabkan istriku. Ia membebaniku dengan tuntutannya yang banyak. Pada akhirnya, istriku yang cantik itu menolak dan mengatakan, “Selama engkau telah kehilangan pekerjaan dan hartamu serta kedudukan di masyarakat tidak kembali lagi kepadamu, maka aku nyatakan dengan tegas kepadamu: Aku tidak menginginkanmu. Aku tidak menginginkanmu. Ceraikanlah aku.” Kata-kata yang aku dengar darinya ini bak petir yang menyambar kepalaku. Aku pun langsung menceraikannya. Saat aku bangun dari tidur nyenyak yang biasa aku jalani, dan aku keluar dalam keadaan bersedih untuk mencari ibuku, yang pada akhirnya aku menemukannya… Tapi di mana aku menemukannya?! Ia tinggal di salah satu Ribath. Ribath adalah tempat berkumpul orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal dan tidak memiliki orang yang mengurusi mereka. Mereka makan dan minum dari sedekah. Aku menemuinya, ternyata aku mendapatinya pucat karena tangisan. Begitu aku melihatnya, aku langsung menjatuhkan diri di dekat kakinya dan menangis dengan tangisan yang pahit. Tidak ada yang dilakukannya kecuali ikut menangis bersamaku. Kami tetap seperti ini sekitar satu jam penuh. Setelah itu, aku membawanya ke rumah, dan aku bersumpah pada diriku bahwa aku akan senantiasa mematuhinya. Sebelum itu, aku menaati perintah-Nya, menjauhi larangan-laranganNya.” Sumber: Koran Bilad, Edisi 9021. Disalin dari buku “Balasan Sesuai Perbuatan”, Ibrahim bin Abdullah al-Hazimi, Penerbit Tazkia

Hubungan Harmonis Dimulai Dari Diri Sendiri

Dikisahkan seorang pengusaha bernama Ma Wenan yang tinggal di daerah Xinghua, Provinsi Jiangsu di China Kuno. Mr. Ma adalah seorang yang berpendidikan dan sopan santun. Istrinya bernama Ms. Wu, pintar, cantik, dan cakap dalam melakukan pekerjaan rumah tangga, tetapi sedikit sombong dan kritis terhadap orang lain. Ms. Wu tidak rukun dengan Ibu mertuanya. Setiap kali Ma Wenan pulang dari perjalanan bisnisnya, istri dan ibunya saling menyalahkan atas semua masalah yang mereka hadapi dan menolak untuk saling mendengarkan satu sama lain. Hal ini membuat Mr Ma sangat gelisah. Dia tahu bahwa istrinya tidak menghormati ibunya, dan Dia ingin mengubah kondisi ini. Suatu hari dia datang dengan rencana untuk membantu dan memberi pengertian kepada istrinya bahwa tidak ada untungnya konflik antara dirinya dan Ibu mertuanya. Suatu hari ketika Ms Wu mulai mengeluh tentang ibu mertuanya, Ma Wenan berkata, “ Aku tahu kalau Ibu saya terlalu banyak bicara, dan sempat saya berpikir untuk pindah dari sini. Namun, kerabat dan teman-teman tidak tahu betapa sulitnya menghadapi Ibu.” “Jika kita pindah dengan tiba-tiba orang akan mengatakan kita gagal untuk memenuhi tugas kita pada orang tua dan kita terlalu kejam dan tidak berperasaan. Jadi kamu harus sabar menghadapi, kita coba dalam satu atau dua bulan ini,” ujar Ma Wenan. “Sebelum kita pindah, jika kamu bisa mengurus Ibu saya dengan sepenuh hati, semau orang akan tahu kamu sangat berbakti kepada Ibu dan yang tidak masuk akal adalah Ibu saya. Kemudian, tidak ada seorangpun yang akan mengkritik kita,” lanjut Ma Wenan. Ms Wu enggan menerima permintaan tersebut. Ma Wenan melanjutkan, “Kita segera pindah. Dalam beberapa minggu kedepan, kamu hanya dapat memperlakukan Ibu saya sebagai seorang tamu yang dihormati. Hanya dalam waktu singkat.” Ms. Wu akhirnya setuju. Sejak hari itu, Dia sangat baik dan hormat kepada Ibu mertuanya. Sang Ibu mertua melihat perubahan pada menantunya, dan Dia sangat senang. Akhirnya, Dia senang dan sangat perhatian dan baik pada menantunya. Konflik mereka mereda secara alami dan hubungan kedua belah pihak menjadi semakin baik. Beberapa hari kemudian, Mr. Ma memperhatikan istrinya tidak pernah lagi mengeluh tentang Ibunya. Dia bertanya pada istrinya, “Bagaimana kamu merawat ibu saya belakangan ini?”. “Lebih baik,” jawabnya. Mr. Ma berkata, “Sekarang ibu sudah semakin baik, kamu sudah memberikan perhatian dan merawat ibu dengan baik hanya untuk menunjukkan kepada semua orang kalau kamu berbakti kepada Ibu dan bagaimana rewelnya ibu. Kemudian kita dapat pindah dengan mudah dari sini”. Ms Wu mengangguk setuju. Beberapa hari kemudian, Mr. Ma bertanya kepada istrinya, “Bagaimana ibu saya memperlakukanmu?” Ms. Wu berkata, “Sekarang ibu memperlakukan saya begitu baik, saya tidak ingin pindah kemana-mana lagi. Saya merasa terhormat berada disisinya dan memenuhi tugas saya merawatnya.” Setelah itu, hubungan Ms Wu dengan ibu mertuanya sangat baik. Semua orang memuji keluarga mereka sebagai panutan untuk saling menghormati dan harmonis antara dua generasi. (Clearwisdom/kdk)

Kijang yang Membalas Budi

Istilah berbuat amal akan mendapat balasan baik, berbuat jahat akan mendapat karma dari dahulu sampai sekarang selalu diajarkan kepada kita semua, dan dibawah ini adalah sebuah kisah nyata yang turun temurun diceritakan orang dahulu di Tiongkok. Dahulu ada sebuah legenda dari daerah Guangxi Xixiang, Tiongkok, ada seorang ibu marga Chang yang selalu berbuat baik dan menolong orang, bahkan sering menolong binatang-binatang. Dia juga tidak pernah melakukan perbuatan yang menyakiti orang maupun binatang. Pada suatu hari dia melihat seorang pemburu sedang memburu seekor kijang, kijang terlihat sangat ketakutan, kijang tersebut lari masuk kerumah ibu Chang ini, melihat kejadian tersebut ibu ini lalu mengambil sebuah pakaian yang lama lalu membungkus kijang ini dengan pakaian tersebut untuk melindungi dia dari pemburu. Pemburu yang mengejar Kijang tadi, lalu masuk kerumah ibu Chang dam mencari kijang itu ke seluruh ruangan. Setelah tidak ada tanda-tanda keberadaan kijang itu, pemburu lalu pergi dari tempat tersebut. Mengetahui pemburu itu sudah pergi, ibu Chang lalu melepaskan kijang tersebut. Kijang tersebut seperti tahu ibu Chang telah menolongnya, ketika hendak beranjak dari rumah ibu Chang, kijang masih menganggukkan kepalanya, seperti mengucapkan terima kasih kepada ibu Chang. Sesudah kejadian itu kijang beranjak dari tempat itu. Pada suatu hari saat musim semi, tiba-tiba ada seekor kijang yang masuk ke rumah keluarga Chang, lalu dengan tanduknya mengangkat kursi yang diduduki anak keluarga Chang yang masih kecil. Lalu kijang itu membawanya lari keluar dari pintu rumahnya. Melihat kejadian anaknya dibawa lari oleh kijang tersebut, ibu Chang menjadi panik dan mengejar kijang tersebut, kijang itu membawa anaknya sampai di tengah ladang, meletakkan anak tersebut diatas ladang, lalu menghilang dari tempat tersebut. Ibu Chang yang mengejar langsung menggendong anaknya, didalam hatinya curiga kenapa kijang ini tidak tahu membalas budi? malahan mempermainkan saya? apakah kijang ini bukan kijang yang pernah saya selamatkan?. Sambil berjalan kembali ke rumahnya, ibu itu terus bertanya dalam hatinya apa gerangan yang terjadi. Tidak terasa dia sudah sampai di depan rumahnya, dia sangat kaget, dia melihat tiang penyangga rumahnya telah rubuh, pohon besar dibelakang rumahnya tumbang dan menimpa atap rumahnya hingga rubuh. Tidak hanya itu, barang-barang dalam rumahnya juga hancur berantakan, ayam peliharaannya juga mati, sedangkan dirinya sendiri karena mengejar kijang yang melarikan anaknya sehingga mereka selamat dari kejadian itu. Setelah menyaksikan apa yang sebenarnya terjadi, dia baru sadar rupanya kijang itu bermaksud untuk membalas budi menyelamatkan mereka berdua. (Mingxin/hui/asr)

Kisah Seorang Penjagal Menjadi Buddha

Konon, dahulu ada seorang penjagal. Pada suatu hari, dia menyadari bahwa dia harus berbuat baik. Lalu dia memutuskan akan menderma dan memberi makan seorang bhiksu yang ada didesanya. Karena berniat akan memberi makan kepada bhiksu ini, dan bhiksu adalah seorang vegetarian, lalu dia pergi ke pasar membeli sayur-sayuran dan peralatan makan yang baru. Ketika melihat bhiksu ini makan, penjagal sangat terharu, di dalam hatinya dia berpikir, setelah bhiksu ini selesai makan, jika dia dapat berceramah mengenai kitab Buddha alangkah baiknya, maka saya akan berhenti menjadi penjagal binatang, dan akan mencari pekerjaan yang lain. Tetapi setelah selesai makan, bhiksu ini tidak mengatakan sepatah katapun, lalu meninggalkan rumah penjagal ini. Penjagal sangat kecewa, akhirnya dia terus melaksanakan pekerjaannya sebagai penjagal binatang. Ketika meninggal masuk ke neraka menebus semua dosa-dosanya hidup dengan sangat sengsara. Setelah beribu-ribu tahun berlalu, suatu hari Bodhisattva langit dan bumi pergi ke neraka untuk menyelamatkan mahluk hidup. Dia bertanya, “Diantara kalian jika ada salah seorang dapat mengingat perbuatan baik yang pernah kalian lakukan semasa hidup kalian, silahkan ceritakan, maka mulai saat ini kalian mempunyai harapan untuk diselamatkan.” Banyak mahluk hidup di neraka yang amat menderita, tetapi tidak ada satupun yang bisa menjawab, setelah waktu berlalu sangat lama, tidak ada seorangpun mengingat pernah melakukan satu hal yang baik. Akhirnya penjagal ini berkata, “Saya mengingat satu hal, tetapi saya tidak tahu apakah hal ini memang perbuatan baik atau tidak, saya pernah memberi makan kepada seorang bhiksu, sebenarnya saya berharap setelah dia selesai makan dia akan berceramah kepada saya, maka saya memutuskan tidak akan menjadi penjagal lagi. Tetapi setelah dia selesai makan dia langsung pergi, akhirnya saya terus menjadi penjagal binatang, setelah meninggal menderita di neraka sampai hari ini.” Dengan kemampuan supernormalnya, Bodhisattva berkomunikasi pada bhiksu yang dimaksud oleh si Penjagal, apakah pernah diberi makan oleh penjagal ini, tetapi tidak berceramah kepadanya. Bhiksu itu lalu merasa sangat menyesal dan malu, “Memang hal tersebut ada, pada saat itu saya belajar ajaran Theravada, hanya memperhatikan pembebasan diri sendiri, sehingga tidak berceramah menyelamatkan mahluk hidup,” kata bhiksu itu. “Pada saat itu saya telah diberi makan, tetapi tidak berceramah kepada, setelah sekarang dipikirkan hati saya sungguh gelisah, untuk menyelesaikan masalah ini, saya berniat turun ke bumi untuk menyelamatkan penjagal yang memberi saya makan,” jelasnya. Bodhisattva langit dan bumi sangat gembira mendengar kabar ini, lalu membiarkan mereka reinkarnasi kembali ke bumi dengan ingatan masa lampau mereka telah dihapus bersih oleh penjaga neraka. Penjagal tetap menjadi penjagal, dan bhiksu ini tetap menjadi bhiksu, tetapi mereka sekarang menjadi sahabat baik. Pada suatu hari, bhiksu ini datang berkunjung kerumah penjagal, tetapi melihat toko penjagal ini tertutup, dia lalu mengetuk pintu, dia melihat penjagal dalam keadaan lesu dan sedih, dia lalu bertanya ada masalah apa, penjagal berkata dia kekurangan modal untuk membuka usahanya. Lalu bhiksu ini berkata, “Jangan khawatir, saya akan meminjam modal kepadamu, engkau dapat melanjutkan usahamu kembali, tetapi syaratnya adalah ketika saya memerlukan pasokan daging kapanpun waktunya, engkau harus memenuhi permintaan saya!. ” Setelah penjagal babi ini mendengar syarat yang diberikan dalam hatinya ia berpikir, “Usaha saya adalah menjual daging babi, tentu saja kapanpun engkau menginginkan pasokan daging dapat saya berikan, syarat ini sangat gampang.” Lalu dia berjanji kepada bhiksu. Bhiksu lalu meminjamkan uangnya kepada penjagal, penjagal kembali bisa membuka tokonya. Selama 3 tahun tidak ada masalah. Bhiksu tidak pernah datang menagih hutangnya. Pada tahun ke empat, Kaisar yang naik tahta adalah seorang umat Buddha yang setia, dia membuat peraturan, setiap tanggal 19 bulan Juni, pada ulang tahun Bodhisattva, diseluruh negeri selama 3 hari berpuasa tidak boleh memakan daging dan penyembelihan binatang, yang melanggar peraturan akan dihukum mati. Tepat tanggal 19 Juni, bhiksu itu tergesa-gesa datang ke penjagal, memintanya memberikan kepadanya daging 10 gr, penjagal menjadi marah berkata, “Engkau sengaja mempermainkan saya ya, kenapa tidak datang lebih awal atau lebih lambat, harus hari ini, engkau tahu diseluruh negeri selama tiga hari tidak boleh memakan dan menyembelih binatang. Engkau sengaja datang mempersulit saya!.” Bhiksu ini lalu berkata, “Kita berdua sudah berjanji, saya meminjamkan engkau modal, syarat satu-satunya adalah, kapanpun saya memerlukan pasokan daging engkau harus memenuhi permintaan saya, saya hari ini ada urusan penting memerlukan daging ini, bagaimana mungkin engkau tidak dapat memberikan kepada saya?.” Penjagal tahu memang dia pernah berjanji, lalu berkata, “Bisakah engkau mencarikan saya jalan keluarnya?” Bhiksu berkata: ”Hari ini diseluruh negeri berpantang penyembelihan binatang dan berpuasa daging, penyembelihan binatang apapun akan dihukum mati, tetapi saya terdesak memerlukan daging, saya mempunyai sebuah akal, sekarang saya hanya memerlukan 10 gram daging, potong saja daging ditubuhmu.” Penjagal menjerit, “Apa ? dari tubuh saya memotong sepotong daging. Apakah engkau kira saya tidak akan kesakitan?! Bhiksu tiba-tiba berkata:” Hanya memotong 10 gr daging ditubuh saja engkau sudah menjerit kesakitan, berapa banyak daging yang sudah engkau potong! Apakah mereka tidak akan kesakitan?.” Penjagal langsung tersadar , “Benar ketika saya memotong hewan, mereka juga pasti kesakitan!” Mulai saat itu dia berhenti menjadi penjagal, mengikuti bhiksu ini belajar ajaran Buddha, akhirnya memperoleh buah status menjadi Bodhisattva. (Clearwisdom/hui)

Kisah Tentang Sayap

Tuhan mengadakan pertemuan dengan setiap binatang yang mempunyai sayap, untuk memahami binatang sejenis ini setelah diberikan sayap dan bagaimana mereka menggunakan sayap yang ada pada mereka. Burung elang berkata, “Karena mempunyai sayap, saya dapat terbang tinggi di angkasa, diatas angkasa yang tinggi, seluruh mangsa saya tidak bisa terlepas dari pandangan saya, oleh sebab itu saya dapat hidup dengan nyaman.” Burung unta berkata. ”Saya berjalan di padang pasir dengan kedua kaki panjang saya, sayap ini sama sekali tidak pernah saya pergunakan, dia melekat dipunggung saya, malahan hanya menjadi beban bagi saya.” Penguin berkata, “Saya sudah merubah sayap saya menjadi sirip, sehingga saya dapat berenang dengan bebas seperti ikan di laut laut lepas." Tiba-tiba Tuhan menyadari terdapat seorang manusia duduk diantara keramaian, Tuhan merasa heran lalu bertanya kepada manusia tersebut dan berkata, ”Engkau tidak mempunyai sayap, kenapa engkau datang kesini?. ” Manusia menjawab, ”Tuhan, walaupun engkau tidak memberikan kepada saya sayap, tetapi roh saya bisa terbang, dia bisa membawa saya terbang ke berbagai tempat yang tidak dapat saya lakukan dengan kedua kaki saya.” Setelah Tuhan mendengar jawaban itu, terdiam agak lama lalu melanjutkan berkata, “Saya menghadiahkan sayap yang berharga ini kepada kalian para binatang, tetapi kalian menyia-yiakan hanya untuk badan kalian, sedangkan untuk manusia saya tidak menghadiahkan kepadanya sayap, tetapi roh mereka dapat terbang, ini adalah sayap yang paling berharga yang dapat terbang.” (Minghuischool/hui)

Keberanian

Jika pernah menghadapi kematian dan hidup kembali, maka segala kesusahan akan menjadi sukacita – Roman Roland. “Apakah engkau beranggapan engkau seorang yang berani?” dia bertanya. “Tidak salah, saya adalah seorang pemberani,” jawabnya. “Saya mempunyai semua keberanian ini adalah melalui berbagai pengalaman dan ajaran dari beberapa mentor. Beberapa tahun yang lalu, saya pernah menjadi sukarelawan di rumah sakit Stanford, pada saat itu saya bertemu dengan seorang pasien cilik bernama Sally,” ceritanya. “Dia menderita penyakit berat, penyakit ini adalah sejenis penyakit aneh, satu-satunya cara untuk menyelamatkannya adalah melalui transfusi darah yang diberikan oleh adiknya yang berumur 5 tahun, karena adiknya pernah menderita penyakit yang sama, entah bagaimana secara ajaib diselamatkan sekarang didalam tubuhnya memproduksi antibodi untuk melawan virus ini.” Dokter menjelaskan kepada adiknya tentang penyakit Sally, menanyakan kepadanya apakah ingin menolong kakaknya Sally melalui transfusi darah. Anak lelaki itu hanya sangsi selama satu setengah menit, lalu dia menarik nafasnya dalam-dalam dan berkata, “Jika dapat menyelamatkan kakak saya Sally, saya akan melakukannya.” “Ketika dalam proses transfusi darah, anak lelaki kecil ini dengan diam-diam terbaring di sebelah kakaknya, dia melihat perlahan-lahan pipi kakaknya mulai merona merah, dengan senang wajahnya memancarkan senyum. Tetapi sebentar kemudian senyumannya hilang, wajahnya berubah menjadi pucat pasi, dengan suara gemetar dia bertanya kepada dokter, “Apakah saya akan segera meninggal dokter?”” “Rupanya karena usianya terlalu muda, dia salah paham terhadap penjelasan dari dokter, dia beranggapan seluruh darah ditubuhnya akan ditransfusi kepada kakaknya.” “Benar, saya telah belajar dari dia apa itu keberanian.” Lalu dia berkata, “Karena saya telah melihat contoh tersebut.” (Minghuischool/chr/asr)

Tips Panjang Umur dari Seorang Berusia 256 Tahun

Li Qing Yun (1677-1933) meninggal pada usia 256 tahun. Menurut legenda, Mr Li Qing Yun (1677-1933) adalah seorang dokter pengobatan Tiongkok, ahli herbal, master qigong, dan konsultan strategi. Dia dikatakan telah hidup melewati sembilan kaisar pada dinasti Qing selama 256 tahun. Obituari Mei 1933 di Majalah Time, berjudul "Kura-kura-Merpati-Anjing," Li mengungkapkan rahasia umur panjang, "Jaga hati yang tenang, duduk seperti kura-kura, berjalan lincah seperti merpati dan tidur seperti anjing." Li dikatakan memiliki kebiasaan tidak biasa dalam kehidupan sehari-hari. Dia tidak minum minuman keras atau merokok dan makan yang teratur. Dia seorang vegetarian dan sering minum teh wolfberry (sejenis goji berry). Dia tidur lebih awal dan bangun lebih pagi. Ketika dia punya waktu senggang, ia duduk tegak dengan mata tertutup dan tangan di pangkuan, saat itu tidak bergerak sama sekali selama beberapa jam. Li menghabiskan seluruh hidupnya mempelajari ramuan Tiongkok dan menemukan rahasia umur panjang, perjalanan melewati provinsi di Tiongkok dan sampai Thailand untuk mengumpulkan ramuan dan mengobati penyakit. Gaya Hidup Dan Buettner, penulis "The Blue Zones: Pelajaran Panjang Umur dari Orang Yang Hidup Terlama," penelitian ilmu umur panjang. Dalam bukunya dan pembicaraan TED 2009, ia meneliti gaya hidup dari empat populasi geografis yang berbeda di seluruh dunia. Semua kelompok: penduduk Okinawa, Sardinia, California Advent, dan Costa Rico-hidup sampai lebih dari 100 tahun yang jauh lebih besar dari kebanyakan orang, atau mereka hidup belasan tahun lebih lama dari rata-rata. Dia menyebut tempat di mana kelompok-kelompok ini hidup "zona biru." Menurut penelitian Buettner, semua kelompok zona-biru makan diet bahan sayuran. Kelompok Advent di Loma Linda, California, banyak makan kacang-kacangan dan sayuran hijau seperti yang disebutkan dalam Alkitab. Penggembala yang tinggal di dataran tinggi Sardinia mengonsumsi roti gandum tak beragi, keju dari hewan makan-rumput, dan anggur khusus. Buettner menemukan bahwa diet rendah kalori membantu dalam memperpanjang hidup, seperti yang ditunjukkan oleh sebuah kelompok lansia sehat Okinawa yang memraktekkan aturan Konfusianisme berhenti makan ketika 80 persen penuh. Mungkin teh wolfberry Li Qing Yun memainkan peran penting dalam kesehatannya. Setelah mendengar cerita Li, peneliti medis dari Inggris dan Prancis melakukan studi mendalam tentang wolfberry dan menemukan bahwa itu mengandung vitamin yang tidak diketahui disebut "Vitamin X," juga dikenal sebagai "vitamin kecantikan." Percobaan mereka menegaskan bahwa wolfberry menghambat akumulasi lemak dan meningkatkan sel-sel hati baru, menurunkan glukosa darah dan kolesterol, dan sebagainya. Wolfberry melakukan peran peremajaan: Ini mengaktifkan sel-sel otak dan kelenjar endokrin, meningkatkan sekresi hormon, dan menghilangkan akumulasi racun dalam darah, yang dapat membantu menjaga fungsi normal organ dan jaringan tubuh. Meditasi Para peneliti telah menemukan banyak manfaat meditasi rutin. Ahli saraf di University of Massachusetts Medical School meminta dua kelompok stress karyawan teknologi tinggi bermeditasi selama delapan minggu dan sebagai kelompok pembanding, satu kelompok lagi hidup seperti biasa. Mereka menemukan bahwa pada kelompok yang melakukan meditasi "menunjukkan pergeseran aktivitas pada lobus frontal kiri," tulisan sebuah artikel Psikologi Today 2003. "Pergeseran mental yang mengurangi efek negatif dari stres, depresi ringan, dan kecemasan. Ada juga pengurangan aktivitas di amigdala, di pusat proses takut di otak. " Meditasi juga mengurangi penyusutan otak akibat penuaan dan meningkatkan ketengan hati. Selain meditasi, Buettner menemukan bahwa waktu menenangkan diri pribadi seperti ini mencegah inflamasi (yang merupakan reaksi stress). Kelompok California Advent secara ketat melaksanakan waktu sabat mereka selama 24 jam, dimana didalamnya ada waktu untuk introspeksi, berdoa, dan menikmati lingkaran sosial mereka. Masyarakat Buettner juga menemukan bahwa masyarakat merupakan faktor besar dalam umur panjang kelompok zona-biru. Model Okinawa memiliki banyak teman dekat, dengan siapa mereka sharing segalanya. Dataran tinggi Sardinia memiliki penghormatan untuk orang tua yang tidak ditemukan dalam masyarakat Barat modern. The Advent menempatkan keluarga yang pertama. Rasa memiliki, memiliki teman sehat dan keluarga mendorong individu untuk hidup sehat juga. Dalam "Outliers," Malcolm Gladwell meneliti sekelompok Italia disebut Rosetans, yang bermigrasi ke barat daerah Bangor, Pennsylvania. Menurut daftar, mereka menderita lebih sedikit penyakit jantung dan umumnya berumur panjang, hidup sehat. Setelah penelitian, ditetapkan bahwa rahasia mereka bukan genetika atau bahkan diet (41 persen dari makanan mereka berasal dari lemak). "Rosetans telah menciptakan kekuatan, struktur sosial pelindung mampu mengisolasi mereka dari tekanan dunia modern," tulis Gladwell. "Para Rosetans yang sehat dari mana mereka berasal, karena mereka telah menciptakan dunia untuk diri mereka sendiri di kota kecil di perbukitan." Hidup dengan Tujuan Dalam perjalanannya, Buettner menemukan sebuah tema umum di antara kelompok zona-biru yakni tidak ada dari mereka memiliki konsep “pensiun”. Masih merasa menjadi manusia berguna sampai tua adalah rahasianya. Hidup terarah sampai akhir hayat adalah resep Okinawa dan Sardinia. Dalam kelompok, Buettner bertemu pria dan wanita yang umurnya seratus tahun terus mendaki bukit, membangun pagar, berternak ikan, dan menjaga cucu. Menariknya, tidak satu pun dari mereka yang sengaja berolahraga seperti orang Barat yang pergi ke gym. "Mereka hanya menjalani hidup aktif yang menjalankan aktivitas fisik," kata Buettner. Mereka semua berjalan, masak, dan melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri, dan banyak dari mereka berkebun. (Secret China/art)

Einstein yang Percaya kepada Tuhan

Fisikawan terkenal yang diakui oleh seluruh dunia Albert Einstein pada suatu ketika diwawancarai oleh seorang reporter, meminta Eisntein untuk mengekspresikan pandangannya mengenai pemahaman agama serta keberadaan Tuhan. Kebetulan pada saat itu Einstein sedang mengantar kepergian salah seorang tamunya, reporter melihat diatas meja tamu terletak cangkir kopi, permen dan biskuit. Einstein bertanya kepada reporter: “Tuan reporter, apakah engkau tahu siapakah yang meletakkan cangkir kopi, permen dan biskuit serta barang-barang lainnya diatas meja ini?.” Reporter menjawab, “Tentu saja tuan sendiri.” Einstein melanjutkan berkata, “Benda-benda kecil seperti cangkir kopi,permen dan biskuit ini, memerlukan sebuah kekuatan untuk berada disini, maka coba dipikirkan dialam semesta ini yang memiliki demikian banyak rasi bintang, masing-masing rasi bintang tersebut memerlukan pengaturan kekuatan yang erat untuk mengorbitnya, kekuatan dan pengaturan ini adalah Tuhan yang melakukannya.” Lalu Einstein melanjutkan lagi dengan berkata, “Mungkin tuan akan bertanya, Saya tidak pernah melihat dan juga tidak pernah mendengar Tuhan berbicara, lalu bagaimana saya bisa percaya adanya Tuhan?. “Benar kita memiliki 5 indra yaitu, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan sentuhan, tetapi kelima indra ini mempunyai kemampuan yang terbatas, seperti suara, mempunyai kisaran panjang gelombang sebesar antara 20 Hz sampai 20.000 Hz supaya orang dapat mendengarnya. Hari ini banyak orang didunia ini mengganggap saya adalah ilmuwan besar, sebenarnya saya tidak pantas disebut sebagai ilmuwan besar,” kata Enstein. “Yang benar-benar Ilmuwan sejati adalah Newton. Saya hanya membenarkan kesalahan perhitungan yang dilakukan Newton. Walau demikian, Newton sendiri pernah berkata, Saya seperti sebuah kerang didasar laut yang kebetulan memancarkan cahaya, masih sangat jauh dari hukum keberadaan laut…, Orang yang secerdas Newton masih mengatakan masih belum menemukan kebenaran hukum laut, maka orang biasa seperti kita ini, untuk menemukan kebenaran hukum alam semesta, adalah sebuah hal yang sangat sulit.” “Oleh sebab itu jika kita sekarang tidak dapat membuktikan keberadaan benda-benda tersebut, tetapi tidak dapat menyimpulkan benda tersebut tidak ada. Sebagai contoh, dahulu ketika kita gagal membuktikan keberadaan nuklir, jika pada saat itu kita mempunyai keberanian menyimpulkan nuklir tersebut tidak ada, maka hari ini kita akan membuat kesalahan yang paling besar, benarkah?.” “Oleh karena itu, hari ini ilmiah belum bisa membuktikan keberadaan Tuhan, karena ilmu pengetahuan belum berkembang sampai pada tahap tersebut, bukan berarti Tuhan tidak ada. Sebenarnya kelima panca indra manusia ini sangat terbatas, tidak dapat merasakan keberadaan Tuhan, ilmu pengetahuan juga tidak dapat menyangkal keberadaan Tuhan, oleh sebab itu, kita harus yakin akan keberadaan Tuhan,” ujar Einstein. (Mingxin.net/chr/asr)

Sisi Lain dari Kekayaan

Seorang reporter dari Hongkong pernah mewancarai milyuner Li Ka-shing. Selama berlangsungnya proses wawancara, reporter ini menggunakan kata-kata yang sangat sopan. Ketika wawancara usai dan dia hendak berpamitan, reporter itu mengatakan bahwa dia sangat memujanya. Li Ka-shing menjawabnya, ”Tuan reporter, saya juga memujamu.” Reporter itu lantas tertegun. Li Ka-shing lalu berakta, ”Saya bersedia membagikan separuh dari harta kekayaan saya untuk menukar masa muda denganmu, apakah engkau bersedia?.” Li Ka-shing adalah seorang milyuner yang terkaya di asia, tetapi dia tidak dapat menukar hartanya dengan masa muda dan waktu yang telah bergulir pergi. Di mata banyak orang, kehidupan orang kaya adalah sangat nyaman, mereka bisa dengan uangnya menukar segala barang yang mereka inginkan, sebenarnya kehidupan orang kaya bukan seperti yang dibayangkan orang tanpa beban. Hal yang paling membahagiakan Bill Gates adalah bukan setiap hari melihat di kartu kreditnya uang yang tak habis dipakai, melainkan dia dapat setiap hari pulang ke rumah makan malam bersama istri dan anaknya, menemani mereka bersama-sama nonton TV, bermain games dengan anaknya, serta minum kopi. Semua hal ini adalah sebuah harta besar baginya. Dan ini bukan munafik. Di Inggris baru-baru ini diadakan survei kondisi kehidupan orang kaya. Survei dilakukan secara acak terhadap orang yang memiliki kekayaan diatas 60.000 poundsterling. Hasil survei menunjukkan bahwa 30% orang percaya bahwa untuk mengejar kekayaan mereka rela mengorbankan pernikahan, kehidupan rumah tangga dan anak serta keluarga, sedangkan 10% percaya untuk mengejar kekayaan mereka rela mengorbankan kesehatan, mereka menyatakan, jika memungkinkan, mereka ingin dengan kekayaan menukar kembali masa muda dan kesehatannya. Tetapi di dunia ini masa muda dan kesehatan tidak ternilai harganya, tidak dapat ditukarkan dengan uang. Ada sebuah cerita, ada seorang yang miskin sedang putus asa datang bertemu dengan seorang bijak, bagaimana dia dapat membuat dirinya menjadi bahagia. Orang bijak itu bertanya, “Jika saya memberikan kepada Anda 100 juta, membeli sebuah tanganmu apakah engkau bersedia?” Orang miskin ini menjawab, ”Saya tidak bersedia.” Lalu orang bijak ini melanjutkan lagi berkata, “Jika saya memberikan kepadamu 100 juta lagi, untuk membeli sebuah kakimu, apakah engkau bersedia?.” Orang miskin itu menjawabnya masih tidak bersedia. Orang bijak ini melanjutkan berkata lagi, “Sekarang ini engkau sudah memiliki 200 juta, apakah engkau masih tidak bahagia.” Meskipun ini hanya sebuah cerita. Di dunia ini tidak ada cara pertukaran dan kesepakatan yang demikian. Manusia hidup didunia ini, memiliki kesehatan, termasuk kesehatan fisik dan mental adalah prinsip dasar menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini. Uang hanya salah satu keinginan yang diinginkan manusia, sebagai manusia, kepuasan hati selain uang adalah mendapat dukungan, perhatian dan penghargaan dari keluarga. Laporan survei yang dilakukan di Inggris terhadap orang kaya mengatakan, sepertiga orang mengatakan bahwa uang bisa membawa kebahagiaan, dan bukannya mendapat perhatian, dukungan dan perhargaan dari keluarga membuat kekayaan mereka lebih berarti. Sedangkan 8% orang beranggapan demi memperoleh kekayaan mereka rela mengorbankan pernikahan dan keluarga. Efek negatif yang paling langsung terhadap orang kaya adalah mereka menjadi dingin, acuh tak acuh terhadap keluarga. Ini adalah efek fatal dari kekayaan, dan efek fatal untuk memperoleh kebahagiaan. (Mingxin.net/hui/asr)

Bagaimana Cara Mencapai Tujuan

Bagaimana cara kita meningkatkan tercapainya tujuan? Apakah ada tips yang benar-benar dapat membedakan antara menetapkan tujuan dan mencapai tujuan?. Ya ada, dan dalam artikel ini, saya akan memberikan beberapa tips penting untuk dapat mencapai keberhasilan dan wujud nyata dalam hidup Anda. Sejauh ini yang paling penting dari mencapai tujuan adalah menentukan tujuan. Hal ini berbeda dari resolusi Tahun Baru, ini benar-benar berpikir tentang sebuah tujuan hidup dan pengaturannya diatas kertas. Hidup kita tampak begitu rumit, seorang teman mengatakan “rubah arah“, dan sebelum kita tahu itu, bahwa tujuan dilupakan seperti ribuan pikiran lain yang datang kepada kita dalam sehari. Tulislah pikiran anda dengan balpoin di atas kertas. Ini sangat penting, karena bila Anda tidak menuliskannya, Anda akan menemui halangan didepan mata Anda. Makin lama halangan seperti tembok akan semakin tinggi, dan menemukan jalan untuk mencapai tujuanmu akan semakin terlihat tidak mungkin. Dengan menuliskannya di atas kertas agenda Anda, Anda akan selalu teringat, terprogram dan terarah untuk mencapainya. Tulisan itu tidak harus canggih seperti karya Shakespeare, tapi Anda perlu dapat Anda pahami. Apakah anda tahu apa yang anda inginkan sebenarnya? “Menjadi Kaya” terlalu abstrak. “Menjadi Bahagia” juga terlalu abstrak. Pikirkan sesuatu yang lebih gamblang dan nyata. Ya, tujuan harus dirumuskan, “Saya ingin .....” adalah baik, namun menuliskan “Saya harus .......” lebih tegas, merupakan sesuatu yang akan anda capai. Anda mencoba berkomunikasi tentang keinginan anda untuk menjadi bagian dari pikiran anda yang disebut alam bawah sadar. Bawah sadar ini adalah tak terbatas dan kuat. Jika Anda masukkan ke pikiran Anda untuk tujuan berhenti merokok, anda akan berhenti. Jika Anda masukkan satu juta dolar ke bawah sadar Anda, hal ini akan datang secepat longsor salju. (Article Base/kdk/asr)

Legenda Terong Emas yang Dimasak

Pada zaman dahulu kala, terdapat sepasangan suami istri yang selalu memasang dupa dan berdoa kepada Buddha setiap hari dalam hidup mereka. Ketika mereka menginjak usia senja, pasutri itu mengumpulkan semua abu sisa dupa yang mereka bakar dan dimasukkan ke dalam karung besar. Mereka memutuskan untuk menemui Buddha dengan membawa karung abu tersebut dan berkata, ”Dengan ketulusan hati kami, kita tentu dapat bertemu dengan Buddha dengan membawa karung abu ini.” Mereka kemudian berkemas dan berangkat. Dalam perjalanan mereka ke Barat, mereka bertemu dengan seorang tukang daging yang pekerjaannya adalah memotong babi. Mereka berkata kepada tukang daging tersebut bahwa tidak baik untuk menyembelih binatang, karena akan menghasilkan karma buruk. Tukang daging tersebut bertanya,”Siapakah kalian, dan kemana kalian akan pergi dengan membawa karung abu besar itu?.” Pasangan tua tersebut menjawab,”Kami adalah pengikut Buddha, dan kami telah membakar dupa untuk Buddha sepanjang hidup kami. Sekarang kami ingin pergi bertemu dengan Buddha dengan membawa abu sisa dupa yang kami bakar untukNya.” Tukang daging tersebut sangat tersentuh oleh apa yang didengarnya dan kemudian dia segera membuang pisau potong yang dia bawa dan menghormat kepada pasangan tua tersebut dan berkata, ”Oh, Anda sangatlah beruntung dapat pergi bertemu dengan Buddha, tolong bawalah saya bersama dengan anda. Saya juga ingin bertemu dengan Buddha.” Pasangan tua tersebut menjawab,”Anda mungkin ingin sekali bertemu dengan Buddha, tetapi Buddha tidak akan bertemu dengan anda, karena anda adalah tukang jagal.” Tukang daging tersebut memohon,”Saya tidak akan menyembelih lagi. Saya hanya ingin bertemu dengan Buddha. Saya sangat kuat dan mampu bertahan menghadapi kesulitan. Saya dapat membantu anda membawa karung abu tersebut. Saya dapat melakukan apapun yang anda minta saya lakukan, sepanjang anda membawa saya bersama dengan Anda.” Pasangan tua tersebut menjawab,”Baiklah, Anda dapat bantu membawakan karung abu ini dan pergi bersama dengan kami, tetapi jangan menyalahkan kami jika Buddha tidak ingin bertemu dengan Anda.” Tukang daging tersebut menjawab,”Sekarang saya ingin menjadi baik. Anda adalah orang baik dan telah melayani Buddha sepanjang hidup Anda, jadi saya sangat yakin jika saya berjalan bersama dengan Anda, Buddha pasti akan bertemu dengan saya ketika Beliau melihat Anda.” Dengan demikian, ketiga orang tersebut menempuh perjalanan ke Barat. Ketika mereka telah sampai ke akhir perjalanan, sebuah sungai besar menghadang mereka. Dikatakan bahwa sisi lain dari sungai tersebut adalah surga, dan mereka akan dapat bertemu dengan Buddha dan Bodhisattva ketika mereka menyeberangi sungat tersebut. Tetapi sungai tersebut sangatlah lebar mereka tidak tahu bagaimana dapat menyeberanginya. Mereka bertiga kemudian bersujud dan mulai berdoa kepada Buddha dan Bodhisattva untuk membawa mereka menyebrangi sungai. Setelah waktu yang lama, Bodhisattva kemudian muncul diiringi dengan awan yang bercahaya dan berwarna warni. Beliau berkata.”Buddha tahu bahwa anda telah melayani Buddha dengan sepenuh hati.” Beliau kemudian melambaikan tangannya, dan tanaman terong emas muncul di depan mereka. Bodhisattva kemudian berkata,”Saya akan membawa orang yang dapat memasak terong ini ke surga, dan orang tersebut akan tinggal di surga selamanya.” Bodhisattva kemudian menghilang, tetapi pasangan tua tersebut sangatlah kecewa. Ketika mereka melihat terong emas tersebut, mereka berkata,”Terong ini adalah terong emas, bagaimana kami dapat memasaknya? Meskipun emas sangatlah berharga, tetapi bagaimana cara memasaknya?.” “Dan jika kita tidak dapat memasaknya, maka kita tidak dapat bertemu dengan Buddha? Kami adalah orang orang yang sangat taat, selalu berbuat baik dan membakar dupa kepada Buddha, tetapi hidup kami sangatlah tidak beruntung. Kami telah berjalan sedemikian jauh untuk sampai ke sini dan kami cuma diberikan terong emas?,” keluh suami istri itu. Tukang daging tersebut berusaha untuk menenangkan mereka dan berkata,”Jangan menangis, jangan menangis, karena ini adalah perintah Bodhisattva yang meminta kita untuk memasak terong emas, pastilah kita dapat memasaknya. Mari kita siapkan kayu bakar untuk memasak terong.” Setelah tukang daging mengatakan itu kepada sepasang suami istri itu, mereka berdua menjadi tenang dan mulai mencari kayu bakar. Tiga hari setelah itu, terong tersebut tidak berubah sama sekali. Pasangan tua tersebut menjadi sangat kecewa dan berkata.”Kami telah begitu lama percaya kepada Buddha. Jika Buddha tidak ingin bertemu dengan kami, Beliau harus mengirimkan kami pulang. Mengapa mempermainkan kami? Bagaimana kita dapat memasak terong emas ini?.” Kemudian mereka berkata kepada tukang daging yang menyertai mereka,”Kami berpikir terong emas ini tidak dapat dimasak, dan kami sangat lelah untuk mencobanya. Kami akan beristirahat sebentar dan kemudian kembali ke rumah.” Tukang daging terus menambahkan kayu bakar dan berkata,”Terong emas ini bisa dimasak, akan termasak jika kita terus berusaha.” Pasangan tua tersebut menyeringai,”Kalau begitu, anda masak saja sendiri. Sepanjang hidup kami, kami belum pernah melihat terong emas bisa dimasak. Jika anda berhasil memasaknya, maka anda bisa bertemu dengan Buddha.” “Tetapi kami tidak dapat. Jika anda mengira kami, orang-orang baik, yang membakar dupa setiap hari kepada Buddha, tidak sebaik anda yang seorang tukang jagal? Apakah anda mengira jika kami tidak dapat memasaknya, maka anda akan dapat memasaknya?.” Tukang daging tersebut tidak bergeming dan berkata,”Bodhisattva berkata terong emas dapat dimasak, maka terong emas pasti dapat dimasak. Saya akan menambahkan kayu bakar untuk tetap memasaknya.” Pasangan tua tersebut pergi beristirahat dan tukang daging tetap bekerja menambahkan kayu bakar. Waktu senja, suara riang gembira dari tukang daging tersebut membangunkan pasangan tua tersebut. “Lihatlah, lihatlah, terong emas termasak! Sekarang kita dapat bertemu dengan Buddha,” kata tukang daging itu. Pasangan tua tersebut menjadi sangat iri melihat terong emas tersebut telah menjadi lembek dan termasak dengan baik. Mereka kemudian mengambil terong tersebut dan dengan marah melemparnya ke sungai. Sembari membuang ke sungai, pasutri itu berkata, ”Bagaimana mungkin kami tidak dapat bertemu dengan Buddha dengan membawa sekarung abu, tetapi anda seorang tukang jagal yang telah menyembelih banyak sekali hewan, dapat bertemu dengan Buddha? Sekarang terong telah masuk ke air, apakah anda masih dapat bertemu dengan Buddha?.” Melihat terong itu telah tenggelam, tukang daging tersebut berteriak, ”Saya akan mengambil terong itu,” dan kemudian tukang jagal itu melompat masuk dalam sungai. Pasangan tua tersebut sangat terkejut melihat bahwa tukang daging tersebut, karena ia bersedia mengorbankan hidupnya untuk terong emas tersebut. Mereka sangat yakin bahwa tukang daging tersebut telah tenggelam karena tidak dapat melihat keberadaannya lagi. Tiba tiba, mereka mendengar suara surgawi, yang muncul bersamaan dengan Bodhisattva, Bodhisattva menunjuk ke sungai, yang segera menjadi terbelah. Tukang daging, dengan sekejap mata, berubah menjadi Arhat yang besar dan suci. Dia mengikuti Bodhisattva dan dibawa ke langit menuju ke sisi lain dari sungai. (Secret China/jo)

Burung Pipit dan Pemilik Ladang Gandum

Pada awal musim semi, ada seekor burung pipit terbang diatas ladang gandum yang sedang hijau, membuat sarang disana, bertelur dan telurnya kemudian menetas serta melahirkan burung pipit kecil. Burung-burung pipit kecil itu dengan cepat tumbuh, sebentar kemudian tubuh mereka sudah tumbuh bulu-bulu dan sayap mereka sudah kuat, mereka sudah mulai belajar terbang. Pada suatu hari, pemilik ladang gandum melihat gandum diladangnya sudah mulai menguning, sudah tiba waktu panen, dia lalu berkata, “Musim panen sudah tiba, saya akan pergi mencari bantuan tetangga untuk membantu memanen." Seekor burung pipit kecil mendengar perkataan pemilik ladang, lalu tergesa-gesa dia mencari ibunya dan bertanya kepada ibunya mereka harus pindah kemana? Ibu burung pipit berkata kepada anaknya, “Anakku, pemilik ladang bukan benar-benar terdesak untuk memanen, dia hanya ingin meminta bantuan tetangganya untuk bantu memanen.” Setelah beberapa hari berlalu, pemilik ladang datang lagi, dia melihat gandumnya sudah sangat matang dan banyak yang terjatuh, dengan tergesa-gesa dia mengomel, “Besok saya akan mengerahkan seluruh anggota keluarga dan pembantu saya serta mengupah orang untuk memanen.” Ibu burung setelah mendengar perkataan pemilik ladang, lalu memanggil anak-anaknya dan berkata, “Sekarang kita harus segera pindah, karena pemilik ladang sekali ini sudah sangat serius. Dia sudah tidak mengharapkan bantuan tetangganya, dia sendiri yang akan memanen.” Cerita ini menceritakan tidak boleh mengharapkan kekuatan eksternal, harus diri sendiri yang mengerjakannya, ini barulah disebut sebagai keputusan yang sejati.(The Epoch Times/hui)

Apa yang Paling Diinginkan Seorang Wanita?

Pada masa mudanya suatu ketika raja Arthur berperang dengan negara tetangganya, dia kalah dan ditawan oleh negara tetangganya. Ratu negara tetangganya melihat raja Arthur masih muda dan gagah perkasa, tidak tega membunuhnya. Ratu itu mengeluarkan satu syarat, yakni dalam satu tahun harus mencari jawaban yang bisa memuaskan dia, lalu ratu melepaskannya. Namun, jika dalam satu tahun raja Arthur tidak dapat memberikan jawaban memuaskan yang diinginkannya, maka dia harus kembali ke negeri tetangganya untuk menerima hukuman mati. Jika raja Arthur tidak mau menerima syarat tersebut, maka dia akan dipenjara seumur hidup. Pertanyaan yang diajukan ratu negara tetangganya itu hanyalah satu, yakni, “Apakah yang paling diinginkan seorang wanita?. ” Jawaban ini kelihatannya orang yang paling pintar juga tidak bisa menjawabnya, apalagi raja Arthur yang masih muda dan tidak berpengalaman hidup. Reputasi adalah nyawa kedua bagi seorang pria, jika memang sudah menerima syarat yang diajukan, dengan cara apapun harus mendapatkan jawabannya. Setelah raja Arthur pulang ke negaranya, dia mengadakan berbagai penyelidikan, mencari guru, orang pintar, bhiksu, pendeta, ibu, saudara perempuan serta pelacur, tetapi dia masih belum mendapatkan jawaban yang memuaskan. Setelah berusaha mencari tahu jawaban itu ke banyak orang, salah seorang pintar memberitahukannya untuk pergi mencari seorang perempuan sihir yang misterius. Dikatakan, bahwa dia pasti mempunyai jawabannya, tetapi banyak orang bilang perempuan sihir ini mempunyai tabiat yang aneh, biasanya imbalan yang diminta sangat mahal. Akhirnya sampai hari terakhir, karena sudah sangat mendesak, terpaksa raja Arthur pergi menemui perempuan sihir tersebut. Perempuan sihir tersebut sepertinya sudah tahu kedatangannya. Perempuan sihir itu segera meminta syarat dengan berkata, “Saya jamin saya bisa memberikan sebuah jawaban yang bisa membuat engkau lolos dari hukuman mati, tetapi syaratnya adalah saya ingin Gerald memperistri diriku!. ” Gerald adalah seorang ksatria muda yang gagah dan tampan, juga adalah teman karib raja Arthur. Raja Arthur memperhatikan perempuan sihir dihadapannya, wajah keriput, punggung bongkok, gigi ompong, mulut berbau nafas, dan sering mengeluarkan tertawa melengking. Didalam hatinya, raja Arthur berpikir tidak tidak akan mengkhianati teman karibnya untuk demi nyawanya sendiri, oleh sebab itu dia langsung menolak permintaan perempuan sihir tersebut bermaksud besok menyerahkan diri untuk dihukum mati. Tetapi pengawalnya memberitahukan kejadian tersebut kepada teman baik raja Arthur, Gerald. Setelah mendengarnya, Gerald sangat terharu kepada raja Arthur yang setia kawan, dia bermaksud mengorbankan dirinya sendiri, Gerald pergi menemui perempuan sihir berjanji akan menikahinya. Perempuan sihir ini juga menepati janjinya, memberi jawaban kepada raja Arthur, ”Hal yang paling diinginkan seorang wanita adalah kemampuan untuk mendominasi hidupnya sendiri.” Raja Arthur kemudian membawa jawaban ini menemui ratu, lalu ratu dengan puas menerima jawabannya, dan membebaskan raja Arthur. Setelah pulang kembali ke negaranya, Gerald dan perempuan sihir resmi menikah dengan upacara pernikahan yang megah, raja Arthur melihat teman karibnya berkorban demi dirinya, hatinya sangat sakit. Tamu-tamu yang hadir pada saat itu yaitu teman-teman bangsawan dan ksatria. Melihat pengantin wanitanya, mereka ingin merasa jijik ingin menghentikan pernikahan ini, tetapi Gerald dengan sifat ksatria memperkenalkan pengantin wanitanya itu kepada para tamu. Ketika tiba waktunya malam pengantin, Gerald menggendong pengantinnya memasuki kamarnya, perempuan sihir ini memutarkan wajahnya, ketika Gerald meletakkannya di atas tempat tidur, tiba-tiba dia melihat wanita penyihir tersebut telah berubah menjadi seorang gadis muda yang cantik jelita serta lemah lembut. Gerald merasa heran lalu bertanya, “Kenapa bisa begitu?.” Wanita itu menjawab, “Untuk membalas kebaikan dan sifat ksatriamu, saya berubah kembali ke wajah asli saya. Tetapi saya hanya bisa setengah hari dalam keadaan wajah cantik.” “Setengah hari lagi yang akan berubah kembali menjadi perempuan sihir, tetapi suamiku tercinta, engkau dapat memilih apakah engkau menginginkan wajah cantik ini dipagi hari atau dimalam hari, saya akan memenuhi permintaanmu,” kata wanita sihir itu. Bisa dibayangkan, ini adalah pilihan yang sangat susah bagi Gerald. Jika istrinya dimalam hari berparas cantik bagaikan dewi, dapat memeluk gadis cantik yang bagaikan dewi setiap malam itu adalah pengalaman yang paling indah dalam hidupnya. Akan tetapi jika siang hari, dia harus menghadapi celaan dari teman-temannya disekeliling dan dijauhi mereka, tetapi sebaiknya jika seumur hidupnya dimalam hari harus tidur sendirian bagaimana sengsaranya hidupnya itu. Jika Anda adalah Gerald apa yang harus Anda pilih? Coba kalian sekalian terka apa yang dipilih oleh Gerald?. Setelah berpikir sejenak, akhirnya Gerald menjawab dengan nada pasti. “Istriku tercinta, saya rasa hasil pilihannya dampaknya lebih besar terhadap engkau sendiri daripada terhadap saya, engkau sendiri yang berhak memutuskan hal ini,” kata Gerald. “Suamiku tercinta, di dunia ini hanya dirimu yang paling mengerti apa yang diinginkan seorang wanita yaitu mendominasi hidupnya sendiri, oleh sebab itu saya harus 1 hari 24 jam kembali ke wajah asli saya sebagai jawabannya,” ujar wanita sihir itu. (Minghuischool/hui/asr)

Retribusi Neraka

Kisah nyata ini dahulu terjadi di Shanghai, China. Ketika pejabat Zhen wafat, istrinya sangat merindukannya. Lalu dia mengundang spiritualis Perancis yang bisa memanggil kembali roh orang yang meninggal supaya dapat berbicara dengan keluarganya. Sekali melakukan upacara tersebut, biayanya mencapai ribuan dolar. Setelah spiritualis Perancis ini tiba, di ruang tamu seluruh anggota keluarga duduk lalu upacara dimulai. Lampu ruang tamu dimatikan, mantera mulai dibacakan oleh spiritualis Perancis ini, setelah satu jam berlalu, lampu ruang tamu kembali dihidupkan, tetapi roh pejabat Zhen tidak terlihat. Spiritualis Perancis ini menjelaskan,“Tuan Zhen sangat susah dicari, mereka telah menangkapnya masuk ke neraka menerima hukuman, tidak diperbolehkan keluar lagi.” Nyonya Zhen setelah mendengar penjelasannya, langsung memaki spiritualis ini, bukan saja tidak dapat memanggil kembali roh suaminya, masih mengatakan kalau suaminya masuk neraka. Spiritualis Perancis ini berkata, “Jika engkau memang tidak percaya, kita dapat memanggil roh seseorang yang Anda kenal yang baru saja meninggal sebagai bukti.” Menantu nyonya Zhen berkata, “Suami saya baru saja meninggal kemarin, bahkan masih disemayamkan belum dikebumikan, apakah engkau dapat memanggilnya.?” Spiritualis Perancis ini berkata, “Baiklah, saya akan memberi diskon 500 dollar untuk memanggil roh suami Anda, saya akan memanggilnya untuk membuktikan perkataan saya tadi.” Lalu menantu nyonya Zhen menyebutkan tanggal lahir dan nama suami kepada spiritualis Perancis ini. Sekali ini dengan segera roh tersebut telah datang. Menantu nyonya Zhen bertanya kepada suaminya, “Siapakah engkau?.” Roh tersebut menjawab, “Saya adalah suamimu”. Menantu nyonya Zhan menanyakan beberapa hal yang hanya diketahui suaminya, roh itu menjawabnya sedikitpun tidak salah. Berikutnya roh tersebut berkata kepada istrinya, “Selama hidup saya, setiap hari saya berfoya-foya, berjudi, minum, main perempuan, membuat banyak dosa, maafkan saya. Tidak lama kemudian saya sudah akan dimasukkan ke neraka menerima hukuman.” “Tolonglah kalian berbuat amal, membacakan doa untuk saya. Dikantong baju saya ada sebuah cek, engkau dapat menyetor ke bank untuk mencairkannya untuk berbuat amal,” kata roh itu. Keluarganya mencari dikantong bajunya benar saja ada sebuah cek. Nyonya Zhen lalu bertanya kepada roh anaknya keadaan papanya, roh anaknya berkata, “Papa seorang pejabat pemerintah di Beijing, dana pemerintah sebesar 60 juta dollar untuk rakyat dikorupsi oleh papa.” “Akhirnya setelah pemerintah tahu menyuruh orang menyelidiki kasus ini, papa lalu menyogok petugas yang datang memeriksanya. Dosanya menjadi berlipat kali, bahkan sampai sekarang di neraka menerima hukuman yang sangat berat.” Setelah selesai bercerita dia menangis dengan sedih dan menghilang dari sana. Cerita diatas kutip dari rangkaian cerita-cerita reinkarnasi era ilmiah. Saya tidak suka menceritakan cerita hantu, tetapi sekali ini berbeda, saya merasa cerita lama ini akan memperingatkan kepada pejabat PKC (Partai Komunis China) untuk tidak berbuat kejahatan, penganiayaan lagi. Cepatlah bertobat, jangan sampai menyesal setelah masuk ke neraka tidak akan tertolong lagi. (hui/asr)

Penyebab dari Kegagalan

Zhao meminta Wang mengajarinya teknik-teknik menunggang kuda, tidak berapa lama kemudian mereka berdua mengikuti kompetisi balap kuda. Zhao meskipun tiga kali berganti kuda, selalu gagal dan menyalahi Wang karena tidak serius mengajarinya teknik-teknik menunggang kuda yang benar. Wang berkata, “Saya sudah mengajarimu semua teknik yang saya miliki, sedangkan kunci yang paling penting adalah koherensi tubuh kita dengan kuda, dan seluruh konsentrasi harus dicurahkan kepada kuda.” “Tetapi engkau ketika sedang berada dibelakang saya, pikiranmu hanya memikirkan bagaimana mengejar saya, setelah berada di depan saya, engkau takut terkejar oleh saya. Dalam hal balapan kuda pasti ada yang berada di depan atau tertinggal di belakang, walaupun berada di depan atau dibelakang, hati dan konsentrasimu selalu engkau curahkan di pihak saya, bagaimana dapat menunggang dengan baik? Itu semua penyebab kegagalanmu!,” jelasnya. Melakukan sesuatu hal dapat berhasil atau gagal semuanya berhubungan dengan konsentrasi pikiran dan tubuh, jika kita dapat mengkonsentrasikan pikiran dan tubuh fokus pada hal yang kita lakukan, pikiran kita tidak dikacaukan hal-hal dari luar, mana mungkin bisa mengalami kegagalan. Melakukan hal apapun maupun mengkultivasi diri juga demikian, jika dapat dengan hati yang murni merenungkan kata-kata dan perbuatan diri sendiri, dapat menjaga kepolosan hati seperti bayi, maka dapat menjadi seorang yang mulia dan penuh kebajikan. (hui)

Percaya

Pergaulan sesama manusia yang paling utama adalah saling percaya. Kita semua ingin bergaul dengan orang lain, tetapi ada juga orang yang pernah dibohongi atau dicurangi oleh orang lain. Maka akibatnya dalam hatinya selamanya akan timbul rasa curiga, tidak lagi bisa mempercayai orang lain. Sehingga dalam hubungan dengan orang lain sulit beradaptasi. Ada sebuah cerita mengenai raja Zhao yang mungkin dapat mengilhami Anda sekalian. Raja Zhao adalah seorang raja yang sangat percaya kepada bawahannya. Li Bo adalah seorang yang sangat berbakat dari negara Qi, mendapat apresiasi dari raja Zhao sehingga diangkat menjadi pejabat penting. Tidak berapa lama kemudian, terjadi peperangan antara negara Yan dan negara Qi, ada orang yang datang melapor kepada raja Zhao mengatakan Li Bo menjadi penghianat, pada saat itu raja Zhao sedang makan malam, tanpa mengangkat kepalanya, dia melanjutkan makan. Tidak berapa lama kemudian, datang lagi seseorang melapor, “Li Bo memberontak!.” Raja Zhao sama sekali tidak memberikan respon. Kemudian laporan dari Li Bo sampai ke istana, raja Zhao setelah membuka laporan tersebut dan membacanya wajahnya berubah menjadi tersenyum. Dia lalu menyuruh pengawalnya membaca laporan tersebut kepada seluruh menteri yang berada disana, rupanya, ketika terjadi koalisi negara Qi dan negara Zhao menghancurkan negara Yuan, Li bo untuk bersiaga supaya negara Qi bermain curang, dia tidak menyerang negara Yuan, malahan berbalik menyerang negara Zhao. Untuk berjaga-jaga terjadi serangan lagi dia menyuruh pasukannya tetap berjaga-jaga diseluruh perbatasan. Sekarang terjadi peperangan antara Qi dan Yuan, Zhao tidak takut diserang lagi karena telah mengadakan persiapan. Atas laporan itu. para menteri kekaisaran setelah mendengar laporan ini, yang semula tidak percaya kepada Li Bo perlahan-lahan berubah menjadi rasa malu. Sejak saat itu, semua pejabat dan prajurit yang berjaga diperbatasan dan berhubungan dengan luar negeri, tidak khawatir raja Zhao akan mencurigai mereka lagi. Sehingga pemerintah dapat berjalan dengan lebih baik daripada sebelumnya. Kepercayaan seperti sebuah dorongan, rasa tulus, toleran, inspirasi dari jiwa yang indah. Sebuah komunikasi dari hati ke hati yang tulus. Sedangkan kepercayaan itu keluar dari hati yang baik, hati yang mulia, pengertian dan moral yang tinggi. (hui/mas)

Lukisan Paling Tenang

Raja menyediakan hadiah untuk kompetisi kepada pelukis yang dapat melukis lukisan yang paling tenang. Banyak seniman yang datang mengikuti kompetisi ini. Setelah raja melihat lukisan yang dihasilkan oleh para pelukis ini, hanya ada 2 lukisan yang menjadi favorit dari raja.Raja memutuskan akan memilih salah satu dari kedua lukisan ini sebagai juara. Lukisan yang satu adalah sebuah lukisan dari sebuah danau yang sangat tenang, air dipermukaan danau terlihat sangat tenang bagaikan sebuah cermin yang mencerminkan pemandangan dan gunung disekeliling danau tersebut,diatasnya terdapat awan biru putih. Semua orang yang melihat lukisan itu pasti akan setuju bahwa ini adalah sebuah lukisan yang paling tenang. Sedangkan lukisan yang satu lagi, adalah sebuah lukisan pengunungan, tetapi gunung tersebut sangat curam dan gersang, diatas gunung tersebut terlihat langit yang sedang murka, awan gelap, hujan deras, petir yang menyambar kesana kemari. Pada lukisan itu, di tepi gunung terlihat sebuah air terjun, gemuruh dan busa dari air terjun tersebut terlihat sangat banyak, terlihat sama sekali tidak ada ketenangan. Tetapi ketika raja mendekati lukisan tersebut, dia melihat di belakang air terjun terdapat sebuah padang rumput, diatas padang rumput terdapat seekor induk ayam yang sedang membuat sarangnya. Ayam itu dikelilingi oleh suara gemuruh air terjun yang riuh. Induk ayam ini juga dengan tenang duduk di atas sarangnya, kelihatannya sangat tenang dan damai. Coba Anda sekalian terka di antara kedua lukisan tersebut lukisan yang mana yang memenangkan kompetisi ini?, raja akhirnya memilih lukisan yang kedua. Raja menjelaskan,“Tenang bukan berarti sebuah tempat yang tidak benar-benar sulit dan keras, tetapi walaupun berada disuatu tempat yang riuh dan kacau, hati ini tetap tenang, ini adalah makna dari ketenangan yang sejati.” (hui)

Kampak Si Penebang Pohon

Aesop adalah seorang pendongeng (storyteller) yang hidup di Yunani sekitar 600 tahun sebelum Masehi. Yang istimewa dari Aesop adalah, ia menuangkan kebijakannya atau kadang kritikannya dalam bentuk cerita binatang atau fabel. Kampak sangat penting artinya bagi seorang penebang pohon. Tanpa alat ini, ia tak bisa bekerja. Dan kalau tak bisa bekerja, ia akan kehilangan mata pencaharian. Apa yang akan terjadi bila seorang penebang pohon kehilangan mata pencahariannya? Penebang pohon sedang menebang pohon besar dengan kampaknya yang besar di pinggir sungai. Ada seorang kaya yang memesan pohon besar itu untuk dibuat rumah. Dengan itu ia akan mendapat upah yang besar. Ia bersyukur karena isterinya sudah kehabisan beras, dan perlu membeli susu untuk bayinya yang masih kecil. Ingat anaknya, ia lalu bersemangat mengayun kampaknya. Ia harus menyelesaikan pekerjaannya hari ini, dan memotong-motongnya sesuai ukuran masing-masing. Ia membayangkan setelah selesai nanti ia akan menerima bayaran yang cukup untuk beli beras dan susu untuk satu bulan! Tiba-tiba… blang!...kampak itu terlepas dari genggaman tangannya, dan bum! Kampak terlempar jatuh ke sungai dan masuk ke dalam air yang dalam. Si penebang pohon duduk di pinggir sungai dengan sedih. Tak mungkin ia masuk sungai itu. Selain airnya deras dan dalam, sungai itu juga banyak buayanya. Kehilangan kampak, bagaimana ia bisa menyelesaikan penebangan pohon itu. Dan tanpa penyelesaian kerjanya, bagaimana ia akan mendapat bayaran? Dan tanpa uang bayaran, bagaimana mungkin ia membeli beras dan susu untuk anaknya? Penebang pohon menangis sedih di pinggir sungai. Mercurius, dewa penjaga sungai yang bersemayam di dasar sungai, muncul ke permukaan dan bertanya: “Hai penebang pohon, kenapa kau menangis sedih?” Penebang pohon lalu menceritakan perihal kampaknya yang jatuh tenggelam ke dasar sungai. Mendengar itu Mercurius lalu masuk ke dalam sungai, dan sebentar kemudian muncul kembali, membawa sebuah kampak emas. “Apakah ini kampakmu yang tenggelam itu?” tanya Mercurius. Penebang pohon menggeleng sedih. “Bukan,” jawabnya. “Itu bukan kapakku.” Mercrius masuk kembali ke dalam sungai, dan keluar dengan kampak perak. Lagi ia bertanya kepada penebang pohon. “Ini kampakmu?” tanya Mercurius. Lagi-lagi penebang pohon menggeleng sedih. “Bukan, itu bukan kampakku,” jawabnya. Mercurius masuk kembali ke dalam air. Lalu muncul lagi dengan kampak besi. Serta merta penebang pohon kegirangan. “Nha, itu kampakku! Itu kampakku! Bolehkah aku minta kembali?” Mercurius dengan senang hati memberikan kampak si penebang pohon. Ia juga sangat terkesan dengan kejujuran si penebang pohon. Ia sama sekali tidak tergiur dengan kampak emas dan kampak perak karena bukan miliknya. Mercurius lalu menghadiahinya dengan kampak emas dan kampak perak sekaligus. Ia ceritakan pengalamannya kepada temannya, sesama penebang pohon. “Aku akan coba peruntunganku,” pikir temannya. Ia melakukan yang sama seperti si penebang pohon. Ia pura-pura menebang pohon, dan sengaja menjatuhkan kampaknya sampai tenggelam masuk ke dasar sungai. Lalu pura-pura menangis di pinggir sungai. Tak lama kemudian Mercurius muncul, dan bertanya apa yang terjadi. “Kampakku jatuh tenggelam ke dasar sungai,” katanya pura2 sedih. Mercurius segera masuk ke dalam sungai, dan muncul kembali dengan kampak emas. “Apa ini kampakmu?” tanya Mercurius. “Betul, betul! Itu kampakku yang tenggelam ke dasar sungai,” teriaknya sambil berusaha merebut kampak itu dari tangan Mercurius. Tentu saja Mercurius lebih sigap menghindar. “Kamu pembohong!” kata Mercurius sambil masuk ke sungai dengan kampak emasnya. Si pembohong pun gigit jari. Bukan saja ia tidak mendapatkan kampak emas, ia juga kehilangan kampak yang ia jatuhkan ke dasar sungai. Akan halnya si penebang pohon yang pertama, ia jual kampak emasnya, uangnya dipakai sebagai modal usaha. Ia kini jadi pedagang yang kaya dan tetap jujur. Dari kisaha ini diintisarikan bahwa “Jujur itu paling baik”. (Alex)